IHSG Turun Drastis

Penurunan Drastis IHSG

Sejak pelantikan Presiden Prabowo Subianto pada 20 Oktober 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan yang cukup drastis. Penutupan IHSG pada 19 September 2024, yaitu satu bulan sebelum pelantikan, berada pada level tertinggi sepanjang tahun di angka 7.910,56. Namun, hingga penutupan pada 23 Maret 2025, IHSG turun drastis ke angka 6.258, mencatat penurunan sebesar 20,89%.

Faktor Penyebab 

Berbagai faktor yang mempengaruhi anjloknya IHSG baik domestik maupun global sebagai berikut

  1. Kekhawatiran Pasar terhadap Kebijakan Baru,  berbagai kebijakan ekonomi oleh pemerintahan baru berdampak pada sikap investor yang hati-hati.  Adapun kebijakan tersebut seperti rencana pengeluaran pemerintah sebesar Rp 1.200 triliun untuk proyek infrastruktur dalam lima tahun ke depan, yang memicu kekhawatiran mengenai pembengkakan defisit anggaran. Selain itu, rencana penyesuaian pajak untuk meningkatkan penerimaan negara juga membuat pelaku usaha menunggu kejelasan lebih lanjut.
  2. Pelemahan Konsumsi Domestik, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat ke 2,9% pada kuartal keempat 2024 dibandingkan 4,2% pada kuartal sebelumnya. Hal ini berdampak negatif pada sektor barang konsumsi dan ritel, yang menjadi tulang punggung perekonomian domestik.
  3. Tekanan Global, faktor eksternal, seperti kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve yang mencapai 5,5% pada Desember 2024, meningkatkan daya tarik aset-aset di negara maju daripada pasar negara berkembang. Di sisi lain, perlambatan ekonomi Tiongkok yang hanya tumbuh 3,8% pada 2024 memperburuk ekspor Indonesia, terutama pada sektor pertambangan dan komoditas.
  4. Peningkatan Risiko Geopolitik, konflik geopolitik di Timur Tengah yang menyebabkan kenaikan harga minyak dunia menjadi salah satu penyebab tambahan. Harga minyak yang mencapai USD 110 per barel pada awal 2025 memberikan tekanan pada biaya produksi dan inflasi domestik.

Dampak dan langkah Pemerintah

Penurunan IHSG ini memiliki dampak yang luas pada perekonomian nasional. Di satu sisi, kapitalisasi pasar yang menyusut mengurangi kekayaan para investor, termasuk institusi keuangan yang memiliki eksposur besar pada saham. Di sisi lain, sentimen negatif dari pasar saham juga berpotensi memengaruhi investasi langsung di Indonesia.

Meski IHSG tengah berada dalam tren penurunan, para analis optimis bahwa pasar saham Indonesia memiliki potensi untuk bangkit. Proyeksi pemulihan ekonomi global,  dengan stabilisasi kebijakan domestik, diharapkan dapat memulihkan kepercayaan investor dalam beberapa bulan mendatang.

Namun, pemerintah perlu bergerak cepat untuk menunjukkan hasil konkret realisasi dari kebijakan . Tanpa upaya yang efektif, tren penurunan ini dapat berdampak lebih jauh pada perekonomian.Penurunan IHSG sejak pelantikan Presiden Prabowo Subianto menjadi tantangan besar bagi pemerintahan baru. Langkah-langkah strategis yang mampu meningkatkan kepercayaan pasar sangat krusial untuk memulihkan kinerja pasar saham dan menjaga stabilitas ekonomi. Ke depan, kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan investor menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini.