IHSG Mengalami Penurunan BEI menerapkan trading halt

Trading Halt Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) baru-baru ini menerapkan kebijakan trading halt atau penghentian sementara perdagangan saham  untuk menjaga kestabilan pasar. Keputusan ini menandai pertama kalinya BEI melakukan penghentian perdagangan sejak akhir 2020. Trading halt biasanya diterapkan ketika terjadi lonjakan volatilitas yang luar biasa. Tujuanya untuk memberikan waktu investor untuk  mengambil keputusan yang lebih bijaksana, serta mencegah aksi jual yang berlebihan di pasar.

Kondisi Pasar yang Memicu Trading Halt

Pada hari Selasa, 18 Maret 2025, indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami penurunan yang signifikan lebih dari 5% dalam sekejap. Otoritas bursa akhirnya menghentikan sementara perdagangan guna menghindari penurunan lebih lanjut berdampak ruginya investor dan menciptakan ketidakstabilan di pasar.

Menariknya, penurunan yang terjadi di IHSG ini terbilang cukup tajam jika kita bandingkan dengan kinerja indeks saham utama lainnya di dunia.  Indeks saham global seperti Dow Jones (AS), FTSE 100 (Inggris), Nikkei 225 (Jepang), serta DAX (Jerman), justru menunjukkan kinerja yang relatif stabil atau bahkan mengalami kenaikan di hari yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pasar Indonesia lebih terpengaruh oleh faktor-faktor lokal. Berbagai faktor seperti ketegangan politik dalam negeri, melemahnya ekonomi dari perkiraan, atau kekhawatiran investor mengenai perkembangan pasar domestik.

Penyebab IHSG yang Mengalami Penurunan Tajam?

Berbeda dengan pasar saham global, faktor domestik yang spesifik dan bersifat sementara seringkali memengaruhi pergerakan IHSG. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan penurunan tajam meliputi:

  1. Beredar rumor bahwa Menteri Keuangan Sri Mulyani akan mengundurkan diri, menimbulkan ketidakpastian di kalangan investor dan memicu aksi jual di pasar.
  2. Defisit Fiskal Lebih Awal, terjadi lebih awal dari perkiraan meningkatkan kekhawatiran akan stabilitas keuangan negara dan daya tahan ekonomi Indonesia.
  3. Kekhawatiran Pertumbuhan Ekonomi, terjadi  indikasi perlambatan pertumbuhan, membuat investor khawatir terhadap prospek pasar ke depan.
  4. Likuidasi Paksa Margin Traders dan Inflow Seret Jelang Liburan, terjadi keterbatasan arus dana asing  menjelang periode liburan menyebabkan tekanan jual yang lebih besar pada IHSG.

Selain itu, investor asing memiliki kontribusi yang besar terhadap pergerakan pasar saham Indonesia, sehingga perubahan sentimen atau aksi jual besar-besaran dari investor asing bisa langsung berdampak besar terhadap IHSG. Kebijakan pemerintah, data ekonomi yang lebih buruk dari ekspektasi, serta ketegangan domestik juga menjadi faktor yang dapat memengaruhi perilaku pasar saham di Indonesia.

Setelah penghentian perdagangan, pasar diharapkan dapat kembali dibuka dengan pengawasan ketat dan langkah-langkah mitigasi untuk mencegah terjadinya panic selling lebih lanjut. Investor akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi mereka. Selain itu, otoritas bursa dan regulator akan terus memantau situasi untuk memastikan bahwa pasar tetap berfungsi dengan baik dan transparan.

Penerapan trading halt oleh BEI untuk pertama kalinya sejak akhir 2020 menandai momen penting di pasar saham Indonesia. Walaupun IHSG mengalami penurunan yang signifikan, hal ini tidak sejalan dengan kinerja pasar saham global. Faktor-faktor domestik mampu berdampak langsung pada anjloknya IHSG. Dengan langkah-langkah pengawasan yang lebih ketat, berharap pasar saham Indonesia dapat kembali stabil dalam waktu dekat.

2 Comments

Leave A Reply